Awas…!!
Menikah Beda Rhesus Bahaya bagi Janin
Menikah Beda Rhesus Bahaya bagi Janin
Beda
rhesus darah antara ibu dengan janin bisa berakibat fatal bagi janin.
Sehingga penting untuk mengenal rhesus darah.
Pada umumnya golongan darah biasa dikenal dengan sistem ABO, jarang masyarakat mengenal golongan darah rhesus positif dan negatif. Dalam sistem ABO, golongan darah terbagi menjadi empat macam: A, B, AB, dan O, sedangkan dalam sistem rhesus, golongan darah terbagi menjadi dua yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Kedua sistem penggolongan ini berbeda satu sama lain.
Jadi
apa itu Rhesus ?
Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan
sel darah merah.
Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Landsteiner dan
Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat itu Landsteiner-Wiener
melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta),
salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina. Mereka yang mempunyai faktor protein ini disebut rhesus
positif. Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus
negatif.
Ada tidaknya antigen (karbohidrat dan protein) dalam sel darah kita. Itulah yang membedakan rhesus positif dan rhesus negatif. Disebut positif jika ada antigen dalam darah kita, dan bila tak ada disebut rhesus negatif. Kabar baiknya, orang Indonesia yang termasuk ras Asia, kebanyakan dengan rhesus positif. Di seluruh dunia ini, hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit. Rhesus negatif umumnya dijumpai pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan Kaukasian (berkulit putih).
Menikah beda rhesus. Masalah akan timbul bila Anda memiliki rhesus negatif kemudian menikah dengan pria yang memiliki rhesus positif. Ketidak samaan ini bisa jadi cikal bakal ketidakcocokan rhesus yang sangat berbahaya bagi bayi. Kehadiran janin di tubuh ibu merupakan benda asing, apalagi jika rhesuf janin tidak sama dengan rhesus ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah merah berupa zat antibodi/antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus melawan ‘benda sing’ tersebut (janin). Inilah yang menimbulkan anti rhesus (penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin dlam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung.
Kenapa berbahaya bagi Janin ?
Permasalahan Rhesus dalam mengandung boleh berlaku bila seorang wanita yang negatif mempunyai pasangan Rhesus positif.
Permasalahan Rhesus dalam mengandung boleh berlaku bila seorang wanita yang negatif mempunyai pasangan Rhesus positif.
Sumber
: www.everybody.co.nz
Hal ini, boleh memberi kesan kepada janin yg dikandung, jika bayi atau janin tersebut mempunyai rhesus jenis positif. Keadaan ini boleh berlaku dalam kadar risiko 50% atau 100%. Jika anak dalam kandungan yang pertama positif, sel-sel darah dari anak dapat bercampur dengan darah ibu terutama sekali semasa bersalin. Sel-sel ini, walaupun sedikit akan menimbulkan rangsangan dalam badan ibu dan membentuk antibodi (antibodi anti-D) yang memusnahkan sel-sel darah Rhesus positif bayi.
Jika
janin mempunyai rhesus positif, masalah boleh timbul jika sel darah janin
bercampur dengan sel darah ibu.
|
Jika
tidak dirawat, sel draah ibu akan membentuk antibodi yg akan memusnahkan sel2
darah rhesus positif janin.
|
Antibodi
yg terbentuk ini boleh memberi masalah kepada janin dan boleh mengakibatkan
kematian janin.
|
Sumber
: www.everybody.co.nz & www.clarian.org
Pembentukan antibodi ini, boleh terjadi dalam keadaan berikut :
- Kelahiran - lebih cenderung dalam pembedahan caesarean, kelahiran kembar dan kelahiran stillbirth
- Prosedur D & C
- Prosedur mengeluarkan uri yg lambat lekang selepas bersalin (manual removal of the placenta)
- Prosedur tertentu sewaktu kehamilan. Contohnya, amniotentesis dan chorionicvillous sampling)
- Trauma dalam trimester ketiga seperti kemalangan, hentakan dan sebagainya.
Perbedaan
rhesus antara ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama. Sebab,
kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kelahiran pertama
sangat kecil. Kalaupun sampai terbentuk, jumlahnya tidak banyak, sehingga bayi
pertama dapat lahir sehat. Pembentukan zat antirhesus baru benar-benar dimulai
pada saat proses persalinan (atau keguguran) kehamilan pertama. Saat plasenta
lepas, pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dengan plasenta
juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam jumlah
yang lebih besar. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau
keguguran, tubuh ibu dirangsang lagi untk memproduksi zat antibodi/antirhesus
lebih banyak lagi. Kelak saat ibu mengandung lagi, zat antibodi/antirhesus di tubuh
ibu akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin.
Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi pada umumnya bila ada zat asing masuk dalam tubuh. Sekali ada makhluk asing yang sudah dikenali, maka antibodi akanmelindungi ibu agar bila zat asing itu muncul kembali, tubuh ibu dapat menyerang dan menghancurkannya. Proses ini terjadi demi keselamatan ibu sendiri. Namun, kadar antibodi atau antirhesus pada setiap ibu tidak sama. Ada yang rendah, ad ayang tinggi. Yang gawat, bila antibody kadarnya tinggi. Dalam kondisi ini, janin harus dipantau dengan alat ultrasonografi. Dokter akan memanatu masalah pad apernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Kadang-kadang lalu diputuskan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim.
Jadi, jika ibu itu mengandung kali kedua, dan kandungan anak itu positif juga, antibodi dari ibu akan memasuki salur darah bayi dan memusnahkan sel darahnya. Bayi ini akan meninggal kerana kurang darah yang menyebabkan kegagalan fungsi jantung (lemah jantung). Bila dilahirkan, ia kelihatan bengkak kerana cecair berlebihan di dalam badan. Keadaan ini dinamakan 'Hydrops fetalis'.
Banyak kajian dilakukan mengenai masalah ini, sehingga sekarang jarang sangat ada kematian bayi berikutan masalah Rhesus. Mengikut kajian, lebih kurang 85% daripada kita mempunyai darah jenis rhesus positif. Namun , walaupun hanya 15% sahaja wanita yg mempunyai rhesus negetif, ada kemungkinan besar mereka akan mempunyai suami rhesus positif. Oleh kerana genetik rhesus bersifat dominan maka kemungkinan janin yg dikandung mempunyai rhesus positif juga adalah besar. Bagi suami yg mempunyai rhesus positif bersifat heterozigus maka setiap janin yg dikandung mempunyai risiko 1 : 2 untuk mempunyai rhesus positif. tetapi jika suami mempunyai rhesus positif bersifat homozigus, maka setiap janin yg dikandung akan mempunyai rhesus positif.
Adalah menjadi amalan biasa di semua klinik mengandung untuk memeriksa kumpulan darah ibu supaya mereka yang Rhesus negatif dikenal pasti. Mereka akan diminta membawa suami untuk diperiksa jenis darah mereka. Jika suami Rhesus positif, mereka akan dinasihati seperti demikian - bila sudah bersalin, darah anak akan diperiksa untuk mengenal pasti kumpulannya. Jika ia positif, ibu akan diberi satu suntikan dalam lingkungan masa 72 jam - suntikan ubat ini mengandungi imunoglobulin yang akan melindungi darah ibu dari membentuk antibodi kepada Rhesus positif. Ini akan diulangi tiap-tiap kali ia bersalin jika anaknya itu positif juga.
Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi pada umumnya bila ada zat asing masuk dalam tubuh. Sekali ada makhluk asing yang sudah dikenali, maka antibodi akanmelindungi ibu agar bila zat asing itu muncul kembali, tubuh ibu dapat menyerang dan menghancurkannya. Proses ini terjadi demi keselamatan ibu sendiri. Namun, kadar antibodi atau antirhesus pada setiap ibu tidak sama. Ada yang rendah, ad ayang tinggi. Yang gawat, bila antibody kadarnya tinggi. Dalam kondisi ini, janin harus dipantau dengan alat ultrasonografi. Dokter akan memanatu masalah pad apernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Kadang-kadang lalu diputuskan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim.
Jadi, jika ibu itu mengandung kali kedua, dan kandungan anak itu positif juga, antibodi dari ibu akan memasuki salur darah bayi dan memusnahkan sel darahnya. Bayi ini akan meninggal kerana kurang darah yang menyebabkan kegagalan fungsi jantung (lemah jantung). Bila dilahirkan, ia kelihatan bengkak kerana cecair berlebihan di dalam badan. Keadaan ini dinamakan 'Hydrops fetalis'.
Banyak kajian dilakukan mengenai masalah ini, sehingga sekarang jarang sangat ada kematian bayi berikutan masalah Rhesus. Mengikut kajian, lebih kurang 85% daripada kita mempunyai darah jenis rhesus positif. Namun , walaupun hanya 15% sahaja wanita yg mempunyai rhesus negetif, ada kemungkinan besar mereka akan mempunyai suami rhesus positif. Oleh kerana genetik rhesus bersifat dominan maka kemungkinan janin yg dikandung mempunyai rhesus positif juga adalah besar. Bagi suami yg mempunyai rhesus positif bersifat heterozigus maka setiap janin yg dikandung mempunyai risiko 1 : 2 untuk mempunyai rhesus positif. tetapi jika suami mempunyai rhesus positif bersifat homozigus, maka setiap janin yg dikandung akan mempunyai rhesus positif.
Adalah menjadi amalan biasa di semua klinik mengandung untuk memeriksa kumpulan darah ibu supaya mereka yang Rhesus negatif dikenal pasti. Mereka akan diminta membawa suami untuk diperiksa jenis darah mereka. Jika suami Rhesus positif, mereka akan dinasihati seperti demikian - bila sudah bersalin, darah anak akan diperiksa untuk mengenal pasti kumpulannya. Jika ia positif, ibu akan diberi satu suntikan dalam lingkungan masa 72 jam - suntikan ubat ini mengandungi imunoglobulin yang akan melindungi darah ibu dari membentuk antibodi kepada Rhesus positif. Ini akan diulangi tiap-tiap kali ia bersalin jika anaknya itu positif juga.
Yang harus dilakukan:
- Periksa kesehatan sebelummenikah. anjuran "klasik" ini sangat berguna untuk kasus-kasus penyait genetik seperti ini. namun bila sebelum menikah And adan pasangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan darah, termasuk rhesus, lakukan segera saat hamil.
- Bila rhesus darah Anda beda dengan suami, dokter bisa memberikan tindakan pencegahan terbentuknya zat antirheus dengan obat anti-Rhogama globulin (RhoGAM) atau Rh Immunuglobulin. RhoGAM disuntikkan pad ausia kehamilan 28 minggu dan saat persalinan.
- Bila ibu mempunyai rheusu negatif, atau ketidakcocokan golongan daran antara janin dan ibu baru diketahui usia peraslinan, suntikan RhoGAM untuk ibu sebaiknya diberikan dalam waktu maksimal 72 jam setelah persalinan. rhoGAM efektif hanya berlangsung 12 minggu, sehingga setelah lewat masa tersebut Anda harus mendapat suntikan kembali agar kehamilan berikutnya tidak bermasalah.
Peta rhesus janin.
|
Ayah
Rh +
|
Ayah
Rh -
|
Ibu
Rh +
|
Janin Rh +
Tidak bermasalah
|
Janian Rh +
Tidak bermasalah.
|
Ibu
Rh -
|
Janin
Rh +
Akan
timbul masalah karena beda dengan ibu.
|
Janin
Rh –
Tidak
bermasalah.
|
(.....dari berbagai sumber) copywriter by Anisa Cathy
Komentar
Posting Komentar