Langsung ke konten utama

Cerebral Palsy


Cerebral Palsy (CP) 



 Pengertian cerebral palsy
Cerebral palsy secara definisi dapat diartikan kata cerebral adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut. Kelaian yang muncul tergantung luasnya kerusakan otak yang dialami anak, letak kerusakan di otak dan seberapa cepat penanganannya yang diberikan, kerusakan yang dialami biasanya tidak akan bertambah parah, namun dengan bertambahnya usia maka kemampuan anak yang dimilki dapat terlihat semakin tertinggal (Brunner and Suddarth, 2002).
Cerebral palsy adalah suatu kerusakaan yang permanent, tetapi bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang terjadi karena kerusakan otak non progresif (tidak berkelanjutan), disebabkan oleh faktor bawaan, masalah selama kandungan, proses kelahiran, dan masa bayi atau sekitar dua tahun pertama kehidupan anak (Badali, 2010).
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Cerebaral palsy merupakan gangguan pada otak yang bersifat non progresif. Gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau gangguan perkembangan pada otak, terjadi akibat bayi lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan gerakan (Abduerrachman, dkk, 2002).
Jadi cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progressif karena kerusakan sel-sel motorik saraf pusat yang menyebabkan terjadi kelumpuhan atau kurangnya pengendalian otot sehingga penderita memiliki koordinasi yang buruk. 

 Macam cerebral palsy
Cerebral palsy (CP) dibagi menjadi empat klasifikasi utama untuk menggambarkan gangguan gerakan yang berbeda. Klasifikasi ini juga mencerminkan area otak yang rusak. Kelima klasifikasi utama adalah: Spastic, ataxic, athetoid / dyskinetic, hipotonic dan kombinasi.
a.       CP Spastic (tipe kaku-kaku), dialami saat penderita terlalu lemah atau terlalu kaku. Jenis ini adalah jenis yang paling sering muncul. Sekitar 65 persen penderita lumpuh otak masuk dalam tipe ini.
b.      CP Ataxic, dapat disebabkan oleh kerusakan pada otak kecil. Bentuk ataksia adalah jenis kurang umum cerebral palsy, terjadi di paling 10% dari semua kasus. Beberapa individu memiliki hypotonia dan tremor . Keterampilan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan gunting mungkin akan terpengaruh, serta keseimbangan, terutama saat berjalan. Adalah umum bagi individu untuk memiliki kesulitan dengan visual dan /atau proses pendengaran.
c.       CP Athetoid, atau cerebral palsy dyskinetic. Orang dengan CP dyskinetic mengalami kesulitan memegang diri dalam posisi, tegak mantap untuk duduk atau berjalan, dan sering menunjukkan gerakan spontan. Bagi sebagian orang dengan CP dyskinetic, dibutuhkan banyak pekerjaan dan konsentrasi untuk mendapatkan tangan mereka ke tempat tertentu (seperti menggaruk hidung atau meraih cangkir). Karena nada campuran dan kesulitan menjaga posisi, mereka tidak mungkin mampu memegang benda, terutama yang kecil yang membutuhkan kontrol motorik halus (seperti sikat gigi atau pensil). Sekitar 10% dari individu dengan CP diklasifikasikan sebagai CP dyskinetic tetapi beberapa memiliki bentuk campuran dengan kelenturan dan tardive. Kerusakan terjadi pada sistem motor atau saluran piramidal dan ke ganglia basal . Pada bayi baru lahir, tinggi tingkat bilirubin dalam darah, jika tidak diobati, dapat menyebabkan kerusakan otak dalam ganglia basal (kernikterus), yang dapat menyebabkan cerebral palsy dyskinetic.
d.      CP Hipotonic terjadi pada anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang menjadi spastic atau athetoid.
e.       CP Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid
Penyebab cerebral palsy
Dalam kasus-kasus tertentu tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi, penyebab khas termasuk masalah dalam pembangunan intrauterin (misalnya paparan terhadap radiasi, infeksi), asfiksia sebelum kelahiran, hipoksia trauma otak, dan kelahiran selama persalinan dan melahirkan, dan komplikasi pada periode perinatal atau selama masa kanak-kanak. CP juga lebih sering terjadi pada kelahiran kembar .
Antara 40 dan 50% dari semua anak yang menderita cerebral palsy lahir prematur. Bayi prematur rentan terkena CP karena sebagian organ mereka belum sepenuhnya berkembang sehingga meningkatkan risiko cedera hipoksia pada otak yang mungkin bermanifestasi sebagai CP. Masalah dalam menafsirkan ini adalah kesulitan dalam membedakan antara cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak yang dihasilkan dari oksigenasi yang tidak memadai dan CP yang timbul dari kerusakan otak prenatal yang kemudian presipitat persalinan prematur.
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa intrapartum asfiksia bukan penyebab paling penting, mungkin akuntansi untuk tidak lebih dari 10% dari semua kasus, melainkan infeksi pada ibu, bahkan infeksi yang tidak mudah terdeteksi membuat tiga kali lipat risiko anak mengembangkan gangguan, terutama sebagai akibat dari toksisitas pada otak janin dari sitokin yang diproduksi sebagai bagian dari respon inflamasi. Berat lahir rendah merupakan faktor risiko untuk CP dan bayi prematur biasanya memiliki berat lahir rendah, kurang dari 2,0 kg , namun penuh panjang bayi juga dapat memiliki berat lahir rendah. Setelah lahir, penyebab lain termasuk racun, penyakit kuning , keracunan timbal , cedera otak fisik, sindrom bayi terguncang , insiden yang melibatkan hipoksia ke otak (seperti hampir tenggelam ), dan ensefalitis atau meningitis . Menurut Hypothetized bahwa banyak kasus cerebral palsy disebabkan oleh kematian dalam kehamilan sangat awal dari kembar identik.  Tiga penyebab paling umum dari asfiksia pada anak muda: tersedak benda asing seperti mainan dan potongan-potongan makanan, keracunan, dan hampir tenggelam.
Beberapa anomali struktural otak seperti lissencephaly dapat hadir dengan fitur klinis CP, meskipun apakah yang bisa dibilang CP adalah masalah pendapat (beberapa orang mengatakan CP harus karena kerusakan otak, sedangkan orang dengan anomali tidak memiliki otak normal). Seringkali hal ini sejalan dengan gangguan kromosom dan CP tidak genetik atau keturunan.
Akibat dari cerebral palsy
Cerebral palsy berisiko menyebabkan beberapa kelainan :
a.       Infeksi
b.      Kelahiran cacat
c.       penyakit kuning parah setelah lahir
d.      Spastisitas (kaku)
e.       Ataksia (gangguan keseimbangan dan pergerakan (koordinasi) tubuh
f.       Gangguan pendengaran
g.      Gangguan bicara
h.      Gangguan penglihatan
i.        Gerakan involunter (tidak dapat dikontrol)
j.        Kejang
k.      Gangguan perkembangan mental
l.        Problem emosional terutama pada saat remaja
m.    Hidrocephalus
n.   Kehilangan sensibilitas
Pencegahan cerebral palsy
Seringkali penyebab cerebral palsy tidak diketahui, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Namun, beberapa penyebab penting dari cerebral palsy dapat dicegah dalam banyak kasus, termasuk kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, infeksi, dan cedera kepala :
a.   Mencari perawatan prenatal yang tepat sedini mungkin dalam kehamilan. Para wanita hamil diharapkan untuk melakukan kunjungan hamil secara rutin untuk kehamilan yang sehat. Perawatan yang tepat bisa didapat dari dokter, asisten dokter, praktisi perawat, dan perawat-bidan bersertifikat.
b. Hindari penggunaan rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang selama kehamilan. Ini meningkatkan risiko persalinan prematur.
c.    Rubella (campak) selama kehamilan atau awal dalam hidup merupakan penyebab cerebral palsy. Pengujian untuk kekebalan rubella pada wanita sebelum hamil memungkinkan untuk diimunisasi, yang melindungi ibu hamil dan bayinya dari tertular penyakit yang berpotensi menyebabkan cacat saat kehamilan.
d.      Perawatan yang tepat mencakup pengujian untuk faktor Rh. Inkompatibilitas Rh mudah diobati tetapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan masalah lain jika tidak diobati.
e.    Vaksinasi rutin bayi dapat mencegah infeksi serius seperti meningitis yang dapat mengakibatkan cerebral palsy.
f.       Menghindari benturan baik masa prenatal, perinatal, postnatal dan pada masa kanak-kanak.

 Fisioterapi dan Cerebral Palsy
A.    Penanganan Fisioterapi dalam Kasus Cerebral Palsy


     1.   Metode fisioterapi dalam menangani cerebral palsy 
Berikut ini adalah beberapa urutan metode fisioterapi dalam menangani kasus cerebral palsy, metode-metode tersebut antara lain:
a.       Assessment - Pengkajian
Asessment termasuk pemeriksaan dan evaluasi pada perorangan atau kelompok, secara nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan klinis.
b.      Examination - pemeriksaan
1)      History Taking
Melakukan anamnesis dengan mendengarkan cerita orang tua mengenai perkembangan sang anak (pasien), atau keluhan-keluhan orang tua terhadap pasien.
2)      Screening
Menyaring infomasi yang mungkin dapat mengarahkan pada diagnosis-diagnosis tertentu
3)      The use of specific tests and measures
Melakukan test yang lebih akurat dan tindakan.
4)      Evaluasi
c.       Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari proses pertimbangan/pemikiran klinis, dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi gerak, dapat meliputi/mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi, atau ketidakmampuan.
1)      Diagnosis – mendiagnosa penyakit
2)      Prognosis – perkiraan tingkat kesembuhan dan kapan
d.      Plan of Care – Rencana Asuhan
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.
e.       Intervention - Pelaksanaan dan Modifikasi Pengobatan
Intervensi di-implementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual; peningkatan gerakan; peralatan fisis, peralatan elektroterapuetis dan peralatan mekanis; pelatihan fungsional; penentuan bantuan dan peralatan bantu; instruksi dan konseling; dokumentasi dan koordinasi, komunikasi.
f.       Reevaluatioon - Evaluasi Kembali Pengobatan
2.      Tahapan teknik dasar gerakan pada penderita cerebral palsy
a.       Tahap I, merupakan latihan mengontrol kepala dan tangan.
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk.

b.      Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
c.       Tahap III, merupakan latihan mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.
Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri. 
d.      Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga.
Yaitu dengan menginformasikan kepada keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.
3.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melatih penderita cerebral palsy
a.       Tidak menimbulkan nyeri atau rasa takut dengan menggunakan tenaga yang berlebihan. Harus diregangkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati.
b.      Tidak menggerakkan sendi kian kemari seperti memompa, hal ini akan mempercepat peregangan yang meningkatkan kekakuan pada otot yang spastik.
c.       Tidak melakukan peregangan jika saat gerakan tiba-tiba menjadi kaku atau tidak terkontrol. Tunggu sampai otot-otot rileks seperti semula.
d.      Tidak meregangkan sendi secara berlebihan.


B.     Manfaat Penanganan Fisioterapi dalam Kasus Cerebral Palsy
Fisioterapi merupakan terapi yang bertumpu pada kemampuan-kemampuan motorik kasar seseorang. Motor kasar berfokus kepada otot-otot besar seperti yang terdapat pada kaki, lengan dan perut. Kemampuan atau aktivitas yang melibatkan motor kasar antara lain seperti berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, menaiki dan menuruni tangga, melompat, menendang, memutar, mengangkat barang, menunduk atau membongkokkan badan dan lain sebagainya.
Fisioterapi penting untuk membantu anak-anak keterbatasan fisik dalam mempelajari kemampuan-kemampuan motorik kasar. Ia juga penting bagi anak normal yang menjadi berkebatasan akibat dari kecelakaan atau penyakit untuk mempelajari kemampuan-kemampuan motorik kasar. Fisioterapi mengunakan latihan senaman tertentu untuk membantu seseorang mempelajari kemampuan-kemampuan tersebut. Latihan-latihan senaman itu harus dilakukan secara rutin.
Fisioterapi haruslah diberikan seawal mungkin yaitu semasa anak-anak cerebral palsy masih kecil atau semenjak mereka didapati mengalami perkembangan fisik yang lambat atau telah terdianogsis positif cerebral palsy. Dengan fisioterapi, anak-anak CP akan mempelajari kemampuan motorik kasar, cara-cara yang lebih baik untuk bergerak dan meningkatkan kestabilan atau keseimbangan tubuh. Dengan berdasarkan keadaan fisik seorang individu pada suatu masa tertentu, tenaga fisioterapi akan membimbing mereka berlatih berguling, duduk, mengangkat dan mengawal pergerakan kepala, merangkak, cara-cara menggunakan kursi roda, berjalan dengan menggunakan alat bantu tertentu seperti rollator, walking frame dan tongkat, berjalan sendiri atau menaiki dan menuruni tangga.
Bagi anak-anak yang masih belum mampu belajar berjalan atau tidak berpotensi untuk berjalan akan dibimbing dan dilatih cara-cara menggunakan kursi roda termasuk memasang atau mengunci dan membuka brek dan menggerakkan kursi roda serta mengubah arah pergerakan kursi roda yang sedang mereka duduki. Mereka senantiasa akan dibimbing untuk mempelajari cara-cara pergerakan yang lebih baik dengan berdasarkan kemampuan masing-masing untuk terus meningkatkan kemempuan. Contohnya, pada permulaan seorang CP akan belajar berjalan dengan bantuan rollator, kemudiannya mungkin menggunakan walking frame atau tongkat dan akhirnya berjalan sendiri.
Kemampuan-kemampuan tersebut bukannya dapat dipelajari atau dikuasai dalam waktu beberapa hari atau minggu, namun mereka memerlukan waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun lamanya untuk menguasai suatu kemampuan. Ada yang tidak dapat menunjukkan perkembangan pada diri mereka atau hanya menunjukkan sedikit perkembangan walaupun telah dilatih beberapa tahun lamanya. Ada juga yang pada mulanya telah berhasil menunjukkan kemajuan dalam kemampuan tertentu tetapi menunjukkan kemerosotan setelah itu. Begitu juga dengan kemampuan-kemampuan lain yang dipelajari dalam okupasi terapi dan terapi wicara. Hal ini mungkin karena mereka tidak mengikuti sesi terapi secara konsisten.
Dalam fisioterapi, mereka juga akan dibimbing untuk mempelajari aktivitas-aktivitas tertentu seperti berlari, menendang, memutar dan menyambut bola serta mengayuh sepeda. Fisioterapi juga penting untuk membimbing mereka supaya dapat duduk, berdiri, berjalan dan sebagainya dalam postur yang baik dan benar. Hal ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi resiko penderita CP mengalami masalah pada sistem rangka seperti: scoliosis, hip dislocation dan sebagainya. Latihan-latihan senaman terhadap otot-otot yang kurang digunakan akibat dari pergerakan yang terbatas juga penting untuk melenturkan otot-otot tersebut dan mengurangi masalah pada sistem gerak.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Physioterapy Specialist ???

Physioterapy Specialist ??? Jika mindsed masyarakat tentang fisioterapis adalah “tukang pijat”, okey tenangin dulu shaaay tarik napas .... gausah pakai hati. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menjelaskan dan PDKT sama pasien jadi tidak ada lagi kesalah pahaman tentang profesi kita. Kalau di postingan sebelumnya kita sudah kenalan sama fisioterapi, sekarang kita akan mengenal lebih dekat lagi tentang spesialisasi atau peminatan fisioterapi. Nahlo fisioterapi juga ada spesialisnya, udah macam dokter aja yaa...hehe Sekolah fisioterapi yang ada di Indonesia memang belum sampai di tahap spesialis, tapi spesialisasi di profesi fisioterapi sudah mulai dikenal sejak beberapa tahun terakhir, dikarenakan banyaknya ruang lingkup dan heterogenisasi pasien fisioterapi terutama di rumah sakit. Biasanya yang menuju ke spesialis adalah beberapa fisioterapis yang memiliki klinik mandiri atau yang bekerja di Rumah sakit khusus, misalnya klinik pediatri, klinik stroke, atau

Hymen "Selaput Dara"

Hymen atau Selaput Dara Setiap gadis tidak dilahirkan dengan selaput dara yang serupa. Ada berbagai jenis selaput dara di kalangan gadis. Ada juga gadis yang dilahirkan tanpa selaput dara dan ada juga yang mempunyai selaput dara yang sukar ditembus dan mungkin perlu beberapa hari atau berkali-kali hubungan seksual untuk benar-benar menembusnya. Hymen atau selaput dara adalah suatu lipatan selaput lendir yang menutupi pintu vagina (introitus vagina). Biasanya berbentuk bulat sebagaimana bentuk vagina, tetapi adaj uga yang seperti bulan sabit (bentuk semilunar), bahkan ada yang mempunyai septum (pemisah). Lubang selaput dara yang masih utuh (tidakterkoyak) umumnya hanya dilalui oleh jari kelingking. Pada bayi, kondisi selaput dara cenderung besar dan tebal. Tetapi semakin bayi itu membesar, jaringan selaput dara akan menipis, lebar dan terbuka. Namun begitu, terdapat juga segelintir wanita dilahirkan tanpa selaput dara. Selaput ini ada bermacam-macam bentuk.

Keamanan Obat pada Ibu Hamil

Keamanan Obat pada Ibu Hamil             Menurut United States Food and Drug Administration (FDA), Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika, atas dasar keamanannya terhadap kehamilan atau resiko terhadap sistem reproduksi dan efek samping yang dapat di timbulkan serta perbandingan besarnya resiko dengan manfaat yang diharapkan, obat-obatan dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori, yaitu A, B, C, D dan kategori X. Obat dengan kategori D, X dan C mungkin memiliki resiko hamper sama, tetapi berbeda dalam besarnya perbandingan resiko dengan manfaat yang diharapkan. Kategori A             Studi terkontrol terhadap obat kelompok ini pada wanita hamil tidak memperlihatkan adanya   resiko terhadap janin pada kehamilan trimester1 dan selanjutnya. Kategori B             Studi terkontrol terhadap obat kelompok ini terhadap sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol terhadap obat kelompok ini pada wani