Saat seseorang mengalami rentetan
peristiwa buruk (traumatis) ataupun ekstrim, timbul ketegangan luar biasa.
Karena tubuh manusia tidak mungkin terus menerus tegang, upaya peredaan
ketegangan biasanya dilakukan manusia secara tanpa sadar melalui mekanisme
pertahanan diri dengan cara penekanan (repression) gangguan tersebut ke bawah
sadar.
Jika seseorang tidak mampu mengatasi
peristiwa traumatis tersebut, praktis pertumbuhan normal mentalnya mengalami
degradasi ataupun terhenti (fiksasi). Pada peristiwa fiksasi tersebut, mental
kita membentuk konfigurasi mental tertentu dan relatif permanen. Dikemudian
hari jika terdapat stimulan yang sama atau mirip, maka pola respon yang akan
dipakai adalah pola respon yang terakhir dikenal atau biasa disebut regresi.
Anehnya meski fobia dirasakan tidak
nyaman namun banyak juga yang tidak mau menghilangkan gangguan tersebut,
padahal apabila diperhatikan fobia dapat menyebabkan kerugian seperti : Energi
mental untuk tumbuh / naik derajat menjadi terkuras karena habis digunakan
untuk merespon sumber ketakutan dengan “cara” yang salah. Berisiko menghambat
karir, jika fobia berhubungan dengan produktifitas atau pekerjaan. Mengganggu
kehidupan sosial ataupun keluarga. Menjadi “model” atau teladan yang salah bagi
bawahan kita, anak anak kita, dalam menyikapi persoalan. Dapat merembet ke
fobia lainnya.
Bila sudah sangat parah dan
menganggu, fobia memang sebaiknya harus segera diatasi dengan pemberian
treatmen tertentu. Tidak semua fobia harus selalu ditreatmen dengan segera.
Misalnya, bila ada seseorang yang mengalami fobia ular, namun orang tersebut
tinggal di kota metropolitan yang jauh dari hutan belantara (dan jauh dari ular
tentunya), maka fobia tersebut tidak terlalu membutuhkan treatmen dengan
segera. Namun berbeda jika objek fobia tersebut adalah kucing, hewan yang mudah
dan sering ditemui dalam lingkungan kita sehari-hari. Bila melihat betapa
intensnya ketakutan penderita terhadap kucing dan betapa repot dia dibuatnya,
maka sudah selayaknya fobia tersebut perlu dihilangkan.
Banyak hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi fobia yang ada. Segala tindakan tersebut intinya dilakukan
untuk menghilangkan ketakutan, antara lain :
1. Melawannya secara frontal, tetapi
cara ini tidak disarankan, karena selain “menyakitkan”, jika gagal, beresiko
memperparah fobia.
2. Melawan dengan emosi lain yang lebih
kuat, misalnya : rasa jijik dapat dikalahkan dengan motivasi uang “Fear
Factor”. Takut gelap, dikalahkan dengan keinginan menemani pacar ke tempat
gelap.
3. Psikoterapi baik secara perorangan
maupun berkelompok. Tujuan dari terapi ini memberikan bantuan dan dukungan agar
ia dapat menghilangkan rasa cemas dan takutnya.
4. Psikoanalisa agar penderita dapat
menggali penyebabnya sehingga dapat menghilangkan fobia tersebut, akan tetapi
hal ini membutuhkan waktu yang amat panjang.
5. Desensitisasi. Prinsip dari terapi
ini adalah dengan mendekatkan benda atau keadaan yang menakutkan pada penderita
mulai dari yang ringan hingga yang paling menakutkan sehingga penderita lambat
laun akan hilang rasa takutnya. Dalam kondisi relaks, individu diminta untuk
menghadirkan objek atau situasi yang ditakutinya tersebut dalam imajinasi, dengan
intensitas yang bertahap
6. Pembanjiran. Prinsip dari terapi ini
sama dengan desensitisasi, hanya dimulai dari yang paling menakutkan hingga
yang paling ringan sehingga diharapkan rasa takut itu akan hilang dengan
sendirinya seiring dengan keyakinan penderita.
7. Terapi kimiawi dengan memberikan
obat anti cemas atau penenang ringan tetapi harus sesuai dengan indikasi
dokter.
8. Hipnoterapi
Fobia terjadi karena pikiran bawah
sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan
fobia. Mungkin penderita tidak tahu apa yang menyebabkan terjadinya fobia.
Dengan hipnoterapi, penderita
dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran
ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman yang baru
mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan
tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.
Banyak penderita fobia yang enggan
pergi ke para ahli untuk mengikuti terapi karena takut harus bersinggungan
dengan obyek yang ditakuti. Namun dalam hipnoterapi penderita tidak akan
diminta berhadapan dengan obyek yang ditakuti kalau masih merasa takut.
Penderita tidak akan “dipaksa” untuk melawan rasa takut.
Namun, sesungguhnya tidak ada obat
yang paling ampuh untuk mengatasi fobia selain keyakinan penderita bahwa ia
dapat mengatasinya dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hal itu.
Komentar
Posting Komentar